Selamat Datang di Blog Anak Akutansi SMK yamsik

Selasa, 02 Agustus 2011

 Allahuakbar..Allahuakbar..............
adzan berkumandang,,,setiap muslim tengah bersiap menunaikan kewajiban.
Seorang tua renta berjalan tertatih menuju masjid kesayangannya. Di belakangnya mengikuti sahabat karibnya yang juga telah dimakan usia namun terlihat berbeda. Ya, berbeda. Seorang tua yang ini terlihat masih gagah, bugar, dan sehat. Ia berjalan perlahan menyamakan langkah dengan kawannya yang tak lincah lagi. Sesampainya di masjid, seorang pemuda yang tengah singgah memperhatikan kedua orang tua tersebut. Agak heran ia melihat kedua kakek ini. Tak lepas matanya dari kedua tua itu dari awal kedatangan mereka. Usai shalat sang pemuda berbincang-bincang dengan kedua orang tua tadi. Dari perbincangan singkat itu ia mendapatkan sebuah keajaiban yang luar biasa. Ternyata, si kakek yang gagah adalah seorang yang rajin shalat sejak ia kecil, sedangkan si kakek renta baru memulai shalatnya yang rutin ketika umurnya 50 tahun.

Subhanallah, mungkin ada diantara kita yang pernah menemukan fenomena seperti ini. bertemu dengan orang tua yang terlihat masih segar karena rutinnya sholat yang ia kerjakan. Atau sering melihat ustadz-ustadz yang sudah tak muda lagi namun masih gesit berdakwah kesana kemari. Inilah salah satu manfaat dari sholat serta amalan lain yang Allah perintahkan, salah satu bonus yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang bertakwa.

Memang, segala macam perintah Allah itu ternyata kembali untuk kebaikan kita juga baik sewaktu di dunia maupun di akhirat nanti. Tak ada satupun dari perintahNya yang tidak membawa kebaikan bagi umatnya. Mulai dari shalat, puasa, zakat, haji, dan semua perintah serta amalan yang Ia anjurkan, akan membawa beribu bahkan berjuta kebaikan bagi kita semua. Namun sayang, banyak sekali kita yang tidak mengetahuinya dan menganggap bahwa perintah-perintahNya hanyalah sebatas kewajiban bahkan mungkin ada yang menganggapnya sebagai beban dan meninggalkannya. Masya Allah…


Sebagian dari kita pun masih banyak yang sering merasa berat melaksanakan ibadah, terutama sholat. Gerakan dan bacaan yang itu-itu saja mungkin menjadikan kita jenuh melaksanakan aktifitas ruhiyah ini. padahal sangat jelas bahwa dibalik gerakan serta bacaan-bacaan itu, Allah memberikan suatu manfaat yang luar biasa untuk kita. Banyak yang tidak tahu betapa luar biasanya manfaat yang diberikan jika kita shalat secara rutin, tepat waktu, khusyu’ dan tuma’ninah. Apalagi jika dimulai dari kecil, maka manfaat yang di dapat pasti lebih “WAH” lagi. Inilah bukti Maha Penyayang dan Maha Pegasihnya Allah kepada hamba-Nya. Allah tidak akan memberatkan hambaNya dengan perintahNya, malah sebaliknya, beribu kebaikan yang Ia berikan melalui apa yang Ia perintahkan. Subhanallah…

Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para peneliti mengenai shalat. Mulai dari para peneliti muslim hingga non muslim yang akhirnya masuk Islam karena mengetahui begitu dahsyatnya manfaat gerakan-gerakan shalat bagi kesehatan tubuh. Salah satunya adalah seorang ahli neurologi berkebangsaan Amerika yang masuk Islam setelah melakukan penelitian tentang saraf. Ia menemukan bahwa dalam kondisi normal, ada bagian otak yang tidak teraliri darah. Padahal setiap inci otak kita harus teraliri darah agar bisa bekerja secara normal.

Setelah melakukan kajian yang memakan waktu, akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf didalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang, yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti kadar sholat lima waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.

SHOLAT BIKIN AWET MUDA
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Abdurrahman Al-Umari, ia menemukan beberapa rahasia dan manfaat shalat, baik ditinjau dari kesehatan fisik maupun batin. Beliau mengatakan: Seorang yang senatiasa melaksanakan shalat akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa. Kondisi jiwa yang tenang dan tenteram akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan produksi hormon dalam tubuh. Keseimbangan antara jasmani dan rohani akan membuat organ tubuh seseorang bekerja dengan baik. Kondisi seperti ini akan memperlambat proses penuaan yang terjadi pada organ tubuh. Artinya, kita akan awet muda kalo’ rajin melaksanakan shalat. Subhanallah…

Gerakan salam pun dapat mengencangkan kulit wajah kita. Ketika wajah kita menengok secara maksimal ke kiri dan kanan, maka otot leher dan wajah pun ikut tertarik. Jika dilakukan terus menerus dan teratur, kulit wajah kita akan terjaga kekencangannya.

Selain itu, gerakan-gerakan sholat juga akan menambah kekuatan otot serta tulang kita. Ketika kita sholat, seluruh otot serta tulang akan ikut bergerak, mulai dari kepala hingga kaki. Gerakan takbir, rukuk, sujud, duduk, bahkan salam akan melatih tulang dan otot kita untuk terus bergerak. Inilah yang akan memperlambat terjadinya pengapuran ataupun pengeroposan tulang. Tulang dan tubuh jadi lebih kuat dan badan kita pun akan lebih segar meski usia kita nanti semakin tua.

SHOLAT MENCEGAH BERBAGAI PENYAKIT
Gerakan sholat yang benar dan tuma’ninah serta sesuai dengan ajaran Rasulullah akan menambah ketahanan fisik kita dari berbagai penyakit. Telah banyak penelitian yang membuktikan hal ini. setiap gerakan dalam sholat akan memperlancar aliran darah kita. gerakan sujud yang tidak terburu-buru membantu menghilangkan sakit kepala atau migran. Sujud juga dapat menghindari diri kita dari penyakit wasir. Namun jika kita melakukan sujud dengan cepat, maka tidak akan berpengaruh apa-apa.

Dr. Faris Aazuri ahli penyakit urat syaraf dan persendian yang bekerja di salah satu universitas di Amerika menyatakan: Sesungguhnya shalat yang dilakukan oleh kaum muslimin, yang di dalamnya terdapat gerakan rukuk dan sujud memiliki manfaat yang besar. Kedua gerakan tersebut berfungsi untuk menguatkan punggung dan mampu melenturkan urat-urat yang ada di sekitar punggung. Hal ini akan lebih dirasakan manfaatnya jika seseorang melakukan shalat sejak usia dini.

Adalagi penelitian lain yang mengungkapkan bahwa sholat adalah faktor penting dalam penyembuhan varises. Penelitin ini dilakukan oleh DR. Taufiq Elwan, dokter bedah di Universitas Aleksandria. Ia menemukan bahwa gerakan shalat dapat mengurangi tekanan pada dinding urat betis yang ada di permukaan dan efektif menguatkan urat yang lemah. Melalui kajian ilmiah ditemukan bahwa tekanan dinding urat di persendian mata kaki mengalami pengurangan saat melakukan shalat. Tekanan yang rendah dapat menyebabkan urat beristirahat dari tekanan selama berdiri. Dan berdasarkan penemuan itu, tekanan yang paling rendah terjadi ketika sujud.

Kemudian pada salah satu hasil penelitian dunia kesehatan menyimpulakan bahwa gerakan ruku’ dan sujud dalam shalat yang dilakukan dalam jangka waktu yang agak lama memiliki manfaat yang sangat bagus terhadap kesehatan hati dan urat nadi. Juga gerakan-gerakan dalam shalat berfungsi untuk mengurangi resiko terganggunya kenerja hati yang saat ini banyak diderita oleh masyarakat Barat yang non muslim.

Tidak hanya sholat, wudhu pun dapat mencegah dan memproteksi diri kita dari berbagai macam penyakit, khususnya penyakit kulit. Kulit kita adalah organ paling luar dari tubuh. Segala macam bakteri, kuman, serta virus berkumpul di kulit kita. Jika tidak kita bersihkan, otomatis peluang terjangkitnya penyakit akan lebih besar. Dengan bersuci berarti terjadi pencucian kulit, selaput lendir, dan juga lubang-lubang tubuh yang berhubungan dengan dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung, telinga). Jika kita selalu bersuci minimal 5 kali sehari, maka tidak bisa dipungkiri kita akan lebih kebal terhadap penyakit. Betul tidak?

Masih banyak lagi penyakit yang dapat kita hindari dengan rutin mengerjakan sholat. Semua itu karena imunitas kita semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya kita menggerakkan tubuh kita ketika sholat.

SHALAT MENAMBAH KECERDASAN
Seperti yang telah dipaparkan di awal tadi, gerakan sujud menyebabkan beberapa bagian otak yang biasanya tidak teraliri darah menjadi teraliri darah dengan maksimal. Ketika kita bersujud dengan tuma’ninah dan benar, maka otak akan berfungsi secara maksimal pula. Otomatis ketika otak kita bekerja secara maksimal, daya nalar, konsentrasi, dan proses berfikir kita pun akan semakin baik. Maka, tentu saja kecerdasan kita akan meningkat. Apalagi jika kebiasaan shalat ini dibiasakan sejak kecil, pasti luar biasa jadinya.

Tak hanya sebatas itu, bacaan-bacaan dalam shalat pun dapat pula mencerdaskan kita. Membaca ayat-ayat Allah diperlukan konsentrasi yang tinggi agar tidak keliru tajwid ataupun panjang pendeknya. Semakin sering kita membaca dan menghafalkan Al Quran, semakin terlatih pula otak kita untuk berkonsentrasi, dan semakin meningkat pula kemampuan otak kita.

Sholat pun dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri kita. Seluruh gerakan serta bacaan dan konsentrasi yang tinggi memerlukan kombinasi yang baik antara otak kiri dan otak kanan kita. Otak kanan berfungsi dalam konsentrasi dan mengkombinasikan gerakan dengan bacaan dan otak kiri berfungsi sebagai penggerak. Maka dari itu, sholat pun dapat menjadi sarana latihan yang baik untuk keseimbangan otak kita.

SHOLAT MENGHILANGKAN STRESS
Nabi Muhammad SAW menjadikan shalat sebagi tempat berteduh dan peristirahatan hati sebagaimana dalam sabda beliau: “Telah dijadikan kelapangan ruhaniku berada dalam shalat.” Juga dalam hadits lain beliau mengatakan kepada Bilal apabila hendak melakukan shalat untuk menyuruhnya adzan,”Biarkanlah kami mendapatkan ketenangan dan kedamaian dengan shalat, wahai Bilal…”. Dua hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa sholat adalah sarana penenang hati.

Dalam harian surat kabar “London West” disebutkan, dalam sebuah penelitian yang di lakukan di London, terhadap kondisi sebagian masyarakat; antara orang-orang yang rutin melakukan ritual ibadah dengan mereka yang acuh terhadap ritual ibadah hasilnya adalah mereka yang tidak terbiasa dan tidak rutin melakukan ritual ibadah lebih banyak memiliki tekanan darah lebih tinggi, memiliki hati yang tidak sehat dan memiliki penguasaan emosi yang labil dibandingkan dengan mereka yang biasa melakukan ritual ibadah.

SHOLAT ADALAH OLAHRAGA TERBAIK
Gerakan sholat adalah gerakan olahraga yang paling baik. Ketika sholat, seluruh persendian dan tulang ikut bergerak. Mulai dari kepala, leher, punggung, tangan, kaki, jari-jari tangan dan kaki, pergelangan, dan seluruh bagian tubuh kita bergerak. Secara medis diketahui, dengan disiplin melakukan shalat setiap waktunya plus sholat malam, berdampak pada perubahan gerak otot dan hal ini mampu membangkitkan semangat baru pada tubuh, mengikis timbunan lemak di sekitar perut dan paha dan memperlambat efek-efek penuaan pada tubuh. Bahkan, konsistensi shalat pun mampu menjaga bentuk ideal tubuh dan gerakannya serta mempercepat munculnya vitalitas tubuh secara non stop 24 jam setiap harinya. Dengan demikian sholat adalah latihan yang paling mudah dan cocok dijadikan sebagai olah tubuh dalam menjaga kesehatan tubuh.

SHALAT BAIK BAGI PEREMPUAN
Ada lagi manfaat sholat khususnya untuk kaum hawa, terutama ibu hamil, yaitu melancarkan persalinan. Gerakan sujud dapat menambah elastisitas otot perut sehingga akan memudahkan saat melahirkan.



Masih sangat banyak sekali manfaat yang dapat kita peroleh dari shalat. Bahkan bukan hanya shalat, tetapi seluruh amalan, seluruh perintahnya adalah mendatangkan kebaikan bagi kita. Semua itu adalah bukti sifat Rahman Allah pada manusia. Ketika telah banyak yang Ia berikan kepada kita, masihkan kita ingkar kepadaNya? Berkali-kali di dalam surat Ar-Rahman disebutkan,"Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang Engkau dustakan?"
Begitu besar cinta yang Allah berikan kepada kita, tanpa pamrih, semata-mata agar kita selalu menjadi hambaNya yang bertakwa, yang selalu mencintai Robb kita melebihi apapun dan siapapun.

Namun jangan lupa, laksanakan semua perintahnya hanya untuk mengharap RidhoNya. Jangan pula kita melaksanakan shalat karena ingin mendapat kesehatannya saja, karena semua ini hanya bonus kecil yang Allah berikan. Manfaat sesungguhnya dari setiap amalan yang kita lakukan akan terlihat di akhirat nanti. Semua yang kita lakukan dengan ikhlas dan semata-mata hanya mengharap RidhoNya akan membawa kita kepadaNya. Bertemu dengan Allah Azza wa Jalla dan menatap wajahnya. Subhanallah… inilah kerinduan abadi seorang hamba terhadap Tuhan Nya.
Wallahu’alam bi showab
Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Rabu, 06 Juli 2011

Kematian Yang Indah

Semua orang pasti suatu saat akan mati, entah bagaimana caranya atau seperti apa matinya. Dan setiap orang pasti akan merasakan kematian, walaupun arti “merasakan” itu tidak sama dengan yang dipersepsi oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama menandai akhir dari suatu kehidupan sedangkan yang terakhir menandai awal dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Dan di tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.
Kematian adalah suatu misteri. Banyak yang tidak tahu seperti apa dunia sesudah kematian. Tapi banyak juga yang percaya bahwa ada “kehidupan lain”setelah kematian. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah akhir dari segalanya dan akhir dari eksistensi seseorang, dan setelah itu yang ada adalah ketiadaan. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah awal dari suatu kehidupan baru dalam suatu bentuk siklus. Apapun kepercayaan yang dianut, tak ada seorang pun yang tahu seperti apa situasi dan kondisi sesudah kematian. Banyak yang mengandaikannya sebagai suatu kondisi “ketiadaan”, bahwa sebuah kematian adalah awal dari suatu ketiadaan, bertentangan dengan kelahiran yang dianggap sebagai awal dari suatu ketiadaan. Materialistik ? Memang benar, tetapi setidaknya itu yang sampai saat ini kita ketahui dengan “common sense” kita sebagai manusia. Dan sisanya adalah kepercayaan.

Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah mungkin di batu nisan orang yang telah mati dituliskan “Rest in Peace”, disingkat RIP. Bahwa kematian adalah suatu peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati.
Orang yang telah mati juga dikatakan “telah meninggal dengan tenang”. Tentunya semua berkeyakinan, walaupun kadang tidak tahu karena bersifat sangat subyektif, bahwa orang yang akan mati “pasti” akan mati dengan tenang. Tidak pernah dikatakan “telah meninggal dengan terburu-buru” atau “telah meninggal dengan marah”, karena ketenangan adalah wajah suatu kematian. Dan walaupun orang yang mati telah mati dengan cara yang dan kondisi yang “tidak tenang”, tentunya mereka yang belum mati mengatakan hal yang lain : telah meninggal dengan tenang. Mungkin ada yang ditakutkan. Mungkin juga tidak siap untuk mati, dan mungkin juga berhubungan dengan kepercayaan.
Tetapi, saya yakin walaupun keyakinan saya ini mungkin juga pengambilan kesimpulan relalu dini, bahwa semua orang ingin kematian bisa dijalani melalui cara yang indah. Beradab dan bukan biadab, “terencana” dan bukan “di luar rencana”. Tentunya bagi orang yang akan mati, cara untuk mati itu sangat penting. Sekali lagi, agar dia bisa menghadapinya dengan tenang. Bagi orang lain juga penting. Tetapi yang ini punya banyak alasan. Ada dengan alasan emosi, keluarga, dan bahkan dengan alasan hak asasi manusia. Tetapi saya yakin, sekali lagi dengan penarikan kesimpulan dini yang sama, bahwa setiap orang didunia ini pasti ingin mati dengan indah, terhormat dan beradab. Caranya bisa berbeda-beda tiap orang. Juga kategori mati dengan cara yang tidak indah, tidak terhormat dan tidak beradab.
Lalu apakah yang terjadi jika kematian tidak terjadi dengan cara yang indah, terhormat, dan beradab ? Sebetulnya tidak terjadi apa-apa. Tetapi bagi orang yang lain, kematian model demikian akan meninggalkan masalah. Masalah bagi perasaan, terutama. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Dan pertanyaannya biasanya : mengapa harus seperti ini ?
Tetapi itulah yang terjadi. Setiap orang bisa merencanakan setiap detail dalam kehidupannya. Mungkin karena dia jagoan dalam hal perencanaan atau jagoan meramal. Tetapi orang tidak akan pernah bisa merencanakan dan meramal kapan dia akan mati dan seperti apa kematian yang harus dilakoninya itu. Semua serba misteri, sama dengan misteri sesudah mati.
Dan kematian, dalam kepercayaan sebagian orang, adalah awal dari suatu kehidupan. Kehidupan setelah mati yang diyakini akan damai dan penuh dengan ketenangan. Seperti suatu kutipan kalimat yang saya sudah lupa didapatkan dari mana, tetapi berbunyi :
when life ends, the mistery of life begins

Senin, 04 Juli 2011

Category:Other
Banyak penafsiran yang kurang tepat atas hadis-hadis selama ini. Dan itu terus berkwmbang dalam masyarakat. Adalah Prof KH Ali Mustafa Yaqub MA, yang mengamatinya, sekaligus berupaya meluruskannya. Ia adalah master lulusan Jurusan Tafsir Hadis Universitas King Saud, Riyad, Arab Saudi (1985).
Salah satu cara yang ia lakukan adalah menerbitkan buku, antara lain berjudul Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan. KH Ali Mustafa lantas menyebutkan tindakan Nabi Muhammad yang hanya membagi masa Ramadhan yang hanya menjadi dua, menurut hadis riwayat Aisyah. ''Pertama, 1-20, kemudian 21 sampai akhir Ramadhan. Satu sampai 20, Nabi masih biasa-biasa saja. Tapi ketika 21 sampai akhir, itu sudah tancap gas,'' ujar lulusan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, itu.
Aktivitas ibadah yang meninggi di 10 hari terakhir Ramadhan terjadi karena di situ ada lailatul qadar. ''Jadi untuk mendapatkan lailatul qadar tidak usah dicari di malam-malam ganjil. Sepuluh itu dikerjakan terus, kena kan lailatul qadar. Tapi kalau spekulasi, kadang-kadang meleset,'' kata kiai yang menyelesaikan pendidikan S1-nya di Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Arab, pada 1980.
Hal ini justru berbeda dengan kebiasaan Muslim Indonesia yang membagi Ramadhan menjadi tiga bagian, dan memburu lailatul qadar di malam ganjil 10 hari terakhir. ''Ada tiga hal yang menjadi ciri khas Nabi dalam 10 hari terakhir. Pertama, beliau selalu membangunkan keluarganya untuk beribadah di masjid. Kedua, beliau sudah tidak mengumpuli istri-istrinya lagi. Dalam bahasa Siti Aisyah itu, sudah mengencangkan sarungnya. Ketiga, setiap malam diisi dengan ibadah. Jadi, 10 hari terakhir diisi dengan ibadah di masjid dan sebagainya. Itu lebih digiatkan dibanding 20 yang pertama,'' papar kiai kelahiran Batang, Jawa Tengah, pada 1952 itu.
Untuk mengetahui lebih jauh sosok yang kini menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, itu, wartawan Republika, Burhanudin Bella, menemuinya di rumah kediamannya di Ciputat, Rabu (27/9) lalu.
Mengapa Anda mendalami ilmu hadis?
Alasannya karena di Indonesia langka orang yang mau mendalami ilmu hadis. Yang fikih banyak, yang tafsir juga. Ilmu hadis ini yang banyak orang tidak berminat. Makanya saya masuk situ sajalah. Ini masalahnya penting juga, sebagai sumber agama kok.
Ada dorongan lain?
Ada juga. Belajar hadis itu lebih nikmat dari pada belajar yang lain. Karena ketika kita mempelajari, seolah-seolah kita sedang berada dengan Nabi. Itu nikmatnya. Saya belajar juga fikih, yang lain-lain juga, tapi tidak senikmat belajar hadis. Selain karena kelangkaan dan kenikmatan, orang kalau belajar hadis akan sering mendapatkan nama Nabi Muhammad. Nah, ketika itu dia akan membaca shalawat. Banyak baca shalawat kan semakin banyak pahalanya.
Kalau di sini kurang ahli hadis, bagaimana Anda memperkaya pengetahuan itu?
Pertama saya pernah belajar secara formal. Kedua, saya masih punya guru di Saudi Arabia, dan saya selalu konsultasi, di samping saya membaca kitab. Kalau ada satu hal yang musykil bagi saya, baru konsultasi dengan guru saya.
Rujukan ilmu hadis kan susah?
Betul. Tapi saya katakan, sekarang lebih bagus dibandingkan dengan 20-30 tahun lalu. Dulu kita tahunya cuma Bukhari-Muslim saja. Yang lain sulit. Tapi sekarang mencari kitab-kitab seperti Abu Daud, Tarmidzi, an-Nasa'i, dan sebagainya sudah banyak. Jadi ada perkembangan ilmu hadis di Indonesia, cuma mungkin tidak laris.
Jika sudah banyak buku hadis, tapi mengapa masih banyak hadis keliru yang dipakai?
Orang nggak mau belajar ilmu hadis. Kedua, ada fanatisme. Ada orang yang memanfaatkan buku saya bukan main. Saya dapat laporan, ada yang sampai seluruh buku saya dia kumpulkan. Tapi ada juga yang ketika membaca buku saya, disebut ini hadis adalah palsu, dia bilang, 'Kata guru saya nggak. Guru saya memakai hadis itu, ya saya ikuti. Di buku itu kan pengarangnya bukan guru saya'. Nah, ada yang seperti itu juga.
Apa reaksi Anda?
Biarlah seperti itu. Yang penting saya sudah menyampaikan untuk meluruskan hal-hal yang tidak tepat di masyarakat.
Ada yang mengecam Anda?
Mengecam ya, tidak. Tapi dalam pengertian mengoreksi biar lebih bagus, itu banyak sekali. Dan itu bagus, hingga terbitan berikutnya saya perbaiki. Salah kata, dan sebagainya.
Yang Anda tulis hadis keliru, tidak ada yang membantah?
Tidak ada. Sampai sekarang, saya justru kalau ada orang yang mau membantah, silakan. Itu ilmu bagi saya. Asal dia punya argumen yang kuat. Tapi kebanyakan tidak sampai situ.
KH Mustafa telah menulis 20 buku sejak 1986. Saat ini ada satu buku lagi dalam proses penyuntingan. Ia selalu memegang teguh pesan gurunya, yangkemudian ia jadikan sebagai falsafah hidupnya. ''Dia bilang, jadilah kamu orang yang dibutuhkan oleh masyarakat,'' kata Mustafa.
Maka, ia merasa perlu mencerahkan masyarakat. Adanya banyak hadis palsu yang beredar dandiyakini kebenarannya oleh banyak orang, mendorong Mustafa untuk meluruskannya. ''Sebab, orang kalau sudah dikatakan ini hadis, dia percaya itu adalah sabda Rasul, kemudian dipegang erat-erat. Padahal belum tentu yang disebut hadis itu benar-benar memenuhi syarat sebagai sebuah hadis yang valid. Banyak sekali, tapi yang saya tulis hanya yang berkembang dalam masyarakat,'' jelas dia.
Banyak orang salah memahami hadis. Sebagai ahli hadis, apa yang Anda lakukan?
Di Indonesia, langka yang dapat disebut sebagai ahli hadis. Karena itu banyak ulama, terutama mubalig-mubalig, menyampaikan hadis ternyata hadisnya itu palsu. Untuk memperbaiki itu, perlu waktu. Saya merasa berkewajiban meluruskan. Saya tidak menyalahkan mereka, mungkin mereka tidak tahu. Ya, salah satu cara saya untuk memberikan pelurusan dalam hal ini, pertama saya menulis. Itu melalui tulisan, ceramah-ceramah, dan sebagainya. Baik di buku, di majalah, di koran. Makanya terus terang, saya menulis buku tidak melihat royalti bagaimana. Yang penting menyebar ke masyarakat dan bermanfaat buat mereka. Itu yang penting. Kedua, untuk mengkader orang-orang yang ahli hadis, saya bikin pesantren (Darus-Sunnah, high institute for hadith science) tingkat S-1. (Bahasa pengantar di pesantren ini adalah Bahasa Arab). Itu mulai 1997 dan sudah wisuda empat kali, sudah mengeluarkan 66 sarjana ilmu hadis.
Sengaja memilih media buku?
Bagi saya, ilmu yang disebarkan melalui tulisan itu lebih awet dan lebih efektif. Memang kadang-kadang perkembangannya lambat, tapi pasti. Lain dengan ilmu yang disampaikan melalui ceramah, seketika kayak bom, tapi hilang setelah itu. Yang menarik bagi saya, kenapa saya punya keinginan yang tinggi untuk menulis? Ketika saya menulis tesis MA, saya mendapatkan referensi yang orangnya tidak terkenal sama sekali. ''Ini orang sudah meninggal 10 abad lalu, masih dibaca bukunya di perpustakaan.'' Kemudian ada syair yang menyebutkan, ''Karya tulis kekang sepanjang masa, sementara penulisnya hancur di bawah tanah. Ini berarti, orang punya buku meskipun sudah mati, itu mendapat 'kiriman' terus. Kenikmatannya seperti itu.
Sejak mahasiswa Anda sudah berniat menulis buku?
Justru ketika mahasiswa. Dulu saya belajar di Arab Saudi 9 tahun, S-1 dan S-2 di sana. Saya mencoba apakah tulisan saya dibaca orang atau tidak. Saya coba kirim dulu ke majalah Panji Masyarakat, 1977. Terus kirim ke Kiblat. Udah, setelah dimuat di Panji Masyarkat dimuat di Kiblat, saya tidak meneruskan menulis, tapi saya belajar dulu, biar lebih konsen. Tapi dengan dimuatnya tulisan saya itu, berarti tulisan saya sudah layak terbit. Itu jadi modal saya, saya kemudian belajar saja. Setelah selesai belajar, kemudian mulai menulis. Dan saya wariskan kepada santri-santri Darus-Sunnah, 'kamu jangan mati sebelum menulis buku'. Alhamdulillah sudah banyak yang menulis buku. Bahkan ada yang lebih banyak dari saya.
Anda senang?
Saya merasa bersyukur. Berarti, ibarat saya menanam, tumbuh subur. Bukan saya merasa disaingi, saya bersyukur.
Salah satu buku Anda berjudul Haji Pengabdi Setan...
Rasulullah punya kesempatan untuk haji tiga kali, mengapa haji cuma satu kali? Rasulullah punya kesempatan umrah, ratusan bahkan ribuan kali. Tapi umrah yang sunah hanya dua kali, tiga kali dengan yang gagal. Apa sebabnya? Mestinya kita berpikir itu. Seandainya umroh berkali-kali, haji berkali-kali sesuatu hal yang afdal dari pada ibadah yang lain, mungkin Rasulullah sudah mengerjakan.
Saya mencoba mencari jawabannya, ternyata di Medinah saat itu banyak anak-anak yatim akibat perang. Banyak janda-janda yang memerlukan santunan, banyak mahasiswa yang tidak punya apa-apa, yang belajar rutin dengan nabi. Ini kan memerlukan santunan.
Uang Rasullullah dan para sahabat disalurkan untuk menyantuni mereka. Bukan untuk haji berkali-kali dan bukan untuk umrah berkali-kali. Itu adalah ibadah sosial, lebih utama dari pada ibadah individual. Dalam bahasa fiqihnya, ''Ibadah yang dirasakan manfaatnya oleh orang lain di samping oleh pelakunya lebih utama dari pada ibadah yang hanya dirasakan oleh pelakunya saja.
Makanya Rasulullah lebih memprioritaskan ibadah-ibadah sosial. Tapi kita tidak. Kita cenderung ingin haji tiap tahun, ingin umrah tiap bulan. Saya pikir, itu tuntunan dari siapa? Apakah Allah memberikan tuntunan, apakan nabi memberikan tuntunan, tidak. Lalu tuntutan dari siapa? Dari bisikan hawa nafsu melalui setan. Makanya saya bikin buku namanya Haji Pengabdi Setan. Jadi saya sampai heran ada masjid buat brosur, siapa yang mampu ke Mekkah bulan Ramadhan supaya Anda harus pergi umrah. Ternyata setelah saya lihat, itu oh kong sungai (kali) kong dengan biro travel. Sudah tidak beres kalau begitu, sudah tidak benar lagi. Justru Rasulullah itu tidak pernah, apalagi mengirim jamaah untuk umrah Ramadhan. Umrah Ramadhan saja tidak pernah kok.
KH Ali Mustafa merasa prihatin dengan maraknya orang berhaji/berumrah berkali-kali. ''Saya dengar tahun lalu ada 5.000-10 ribu orang yang umrah. Katakan 5.000, seorang mengeluarkan biaya Rp 30 juta - Rp 50 juta. Ambil Rp 40 juta saja, berarti sudah Rp 200 miliar. Kalau dana itu kita pakai untuk mengentaskan kemiskinan, mungkin dalam beberapa tahun sudah terentas kemiskinan di Indonesia,'' kata mantan ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PII) di Riyadh itu.
Ia pun menyoroti berkembangnya kegemaran umrah di bulan Ramadhan, dan merasa perlu meluruskannya pula. ''Saya pernah membaca sebuah selebaran di sebuah masjid, di situ ditulis bahwa bagi yang mampu ke Makkah, harus pergi ke Makkah untuk umrah. Rasulullah itu tidak pernah menjalankan umrah Ramadhan itu,'' ujar ketua Lembaga Pengkajian Hadis Indonesia itu.
Ia lantas menjelaskan bahwa Nabi hanya berumrah dua kali. Pertama di tahun keenam, tapi gagal karena Makkah masih dikuasai orang musyrik. Kemudian atas perjanjian dengan orang musyrik, boleh umrah di tahun ketujuh. Kedua, umrah lagi tahun kedelapan. ''Dan itu umrahnya bukan di bulan puasa. Nah, baru yang ketiga, Rasulullah umrah bersama haji itu pada tahun kesepuluh, tahun kesebelas Rasulullah wafat,'' papar dosen di berbagai perguruan tinggi Islam, seperti Institut Ilmu Alquran (IIQ), Institut Studi Ilmu Alquran (ISIQ/PTIQ), Sekolah Tinggi Islam Dakwah (STIDA) Al-Hamidiyah, dan IAIN Syarif Hidayatullah --sekarang UIN itu.
Menurut Kiai Ali Mustafa, memang ada hadis yang mengatakan, umrah dalam Ramadhan itu sama dengan haji. Tapi kalau hanya ingin meraih pahala, menurut Kiai Ali Mustafa, ada ibadah yang lebih murah lagi, pahalanya persis umrah dan haji, 'sempurna' kata Rasullulah. ''Ada hadis 'Siapa yang Shalat Subuh berjamaah kemudian duduk di tempat shalatnya untuk berdzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian setelah terbit matahari shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah secara sempurna','' jelas anggota Majelis Ulama Indonesia ini.
Tapi, kata Kiai Ali Mustafa, orang tidak mau melakukan hal ini, sebab tidak akan ketahuan orang. ''Makanya orang pada umrah, panggil wartawan, bawa video, nanti diberikan kepada televisi supaya disiarkan. Itu yang menjadi masalah. Saya dapat info dari kawan-kawan, mereka yang senang umroh itu rata-rata orang-orang yang pelit untuk infak. Padahal infak itu nilainya jauh lebih tinggi dari pada ibadah umrah. Tapi infak tidak diketahui orang,'' tutur dia.
Bagaimana Anda memaknai Ramadhan?
Yang paling bagus dalam memaknai Ramadhan ialah memenuhi petunjuk Rasulullah SAW. Rasulullah dalam berpuasa, baik untuk sahur atau buka, itu tidak mengada-adakan. Bahkan dalam puasa sunnah, misalnya, pernah Rasulullah bertanya kepada Aisyah, ''Hai Aisyah, sarapan apa pagi ini?''
''Tidak ada apa-apa, ya Rasullulah.''
''Kalau begitu saya puasa aja.''
Ini menunjukkan, keseharian beliau dalam berpuasa sama dengan keseharian di luar puasa. Kita tampaknya untuk makan ini justru menjadi perhatian sangat menonjol. Ada makanan khas Ramadhan, makanan kaget. Ada makanan yang tidak pernah muncul kecuali Ramadhan. Macam-macamlah. Bahkan banyak kegiatan sebelum Ramadhan datang.